GUS MAKSUM LIRBOYO (KH Abdullah Maksum Djauhari) Ilmu agama dan ilmu kanuragan atau kesaktian ibarat dua sisi mata uang bagi warga Nahdliyin--sebutan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU). Keduanya tidak bisa dipisahkan. Sebab, seorang ulama, kiai, atau penganjur kebenaran, harus dibekali kemampuan lebih untuk menjaga diri ketika berdakwah.Maka wajar kemudian kisah-kisah kiai legendaris NU selalu lekat dengan ilmu kanuragan. Banyak kiai NU yang selain dikenal memiliki ilmu agama mumpuni, juga dikenal sakti karena mengajarkan beladiri. Sebut saja nama almarhum Kiai Maksum Djahuri atau Gus Maksum, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Dari tangan Gus Maksum juga lah kemudian berdiri perguruan pencak silat NU, Pagar Nusa. Selain itu, kanuragan juga dibutuhkan semasa pergerakan kemerdekaan RI untuk melawan penjajah. Kisah kesaktian kiai dan santri pada masa perang kemerdekaan di Surabayaadalah contohnya.Gus Maksum, kiai sekaligus pendekarBagi warga Nahdliyin (sebutan untuk warga Na
Pada lambang Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa ditulis oleh Laa ghaaliba Illa billah yang melingkar di bola bumi; terletak di bawah trisula. Lafaz yang mengajukan KH Suharbillah, seorang pendekar silat dan salah seorang pendiri Pagar Nusa. Mulanya adalah kalimat tersebut adalah la ghaliba illallah, kemudian KH Sansuri Badhawi dikembalikan untuk menggantinya dengan la ghaliba illa billah. Kalimat ini digunakan pada lamabang Pagar Nusa hingga sekarang. Arti semifinal dengan la haula wa la quwwata illa billah.Menurut Kiai Suharbillah lafadz tersebut, Pagar Nusa ingin kejayaan Islam di Cordova, Spanyol, tumbuh di Indonesia. juga sangat cocok semboyan sebuah pertanggungan bela diri untuk para anggotanya tidak takabur. Sebab dengan lafadz tersebut, pendekar berpegang teguh itu tidak ada yang melawan seseorang, kecuali hanya karena Allah. Dengan slogan itu, pendekar tidak beroperasi untuk kemenangan, di atas langit ada langitKetua Umum Pagar Nusa 20